
Asal Usul kata Sumedang berasal dari “ inSUn Medal insun maDANGan”.
Kata Insun berarti saya dan Medal artinya lahir, dan Madangan berarti
memberi Penerangan. Jadi dapat di
simpulkan Sumedang artinya “ Saya lahir untuk memberi penerangan” . Kalimat ini
terucap ketika Prabu Tadjimalela raja Sumedang Larang 1 melihat ketika langit
menjadi terang-benderang oleh cahaya yang melengkung mirip selendang ( malela)
selama tiga hari tiga malam.
Berdasarkan sejarah asal mula sumedang berasal dari Kerajaan Tembong Agung
yang didirikan oleh Prabu Guru Aji Putih ( 678-71 M). Kerajaan Tembong Agung berada di Citembang Girang Kecamatan
Ganeas Sumedang kemudian pindah ke kampung Muhara Desa Leuwi Hideung Kecamatan
Darmaraja. Pada masa Prabu Tadjimalela ( 721-778 M) putra dari Guru Aji Putih
di bekas Kerajaan Agunng didirikan Kerajaan Sumedang Larang. Sumedang Larang
berarti tanah luas yang jarang bandingnya” ( Su= bagus, Medang = Luas dan
Larang = Jarang bandingannya)
Masa kejayaan Sumedang Larang pada masa pemerintahan Prabu Geusan
Ulun ( 1578-1601M) ketika pada masa
pemerintahan Pangeran Santri / Pangeran Kusumahdinata I Raja Sumedang Larang
ke-8 ayah dari Prabu Geusan Ulun pada tanggal 22 April 1578 atau bulan syawal
bertepatan dengan Idul Fitri di keratin Kutamaya Sumedang Larang Pangeran
Santri menerima empat kandaga Lante yang dipimpin oleh Sanghiang Hawu atau Jaya
pusaka Perkosa, Batara Dipati Wiradidjaya, Sangiang Kondanghapa, dan Batara
Pancar Buana Terong Peot membawa pusaka Pajajaran dan alas paraban untuk
diserahkan kepada penguasa Sumedang Larang pada waktu itu dan pada masa itu
pula Pangeran Angkawijaya/ Kusumadinata II
dinobatkan sebagai raja Sumedang Larang dengan gelar Prabu Geusan Ulun
sebagai nalendara penerus kerajaan Sunda Padjajaran dan Raja Sumedang Larang ke
– 9.
Ketika dinobatkan sebagai raja Prabu Geusan Ulun berusia kurang
lebih 23 tahun menggantikan ayahnya Pangeran Santri yang telah tua dan pada
tanggal 11 Suklapaksa bulan Waseka 1501 Sakakala atau tanggal 8 mei 1579 M
kerajaan pajajaran jatuh ke tangan pasukan Kesultanan Surasowan Banten. Yang
akhirnya Sumedang mewarisi wilayah bekas wilayah Padjajaran dengan wilayahnya
meliputi seluruh Padjajaran sesudah 1527 masa Prabu Surawisesa dengan batas
meliputi ;Sungai Cipamali di sebelah timur, Sungai Cisadane di sebelah barat,
Samudra Hindia sebelah selatan dan Laut Jawa sebelah Utara.
Daerah yang tidak termasuk wilayah Sumedang Larang yaitu Kesultanan
Banten Jayakartadan Kesultanan Cirebon. Dilihat dari luas wilayah kekuasannya,
wilayah sumedang Larang dulu hampir sama dengan wilayah Jawa Barat sekarang
tidak termasuk wilayah Banten dan Jakarta kecuali wilayah Cirebon sekarang
menjadi bagian Jawa Barat sehingga Prabu Geusan Ulun mendapat restu dari 44
pengusaha daerah Parahiyangan yang terdiri dari 26 Kandaga Lante , Kandaga
Lante adalah semacam kepala yang satu tingkat lebih tinggi daripada Cutak (
Camat) dan 18 Umbul dengan cacah sebanyak 9000 umpi. Pemberian pusaka
Padjajaran pada tanggal 22 April 1578 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadinya
Kabupaten Sumedang.
Peristia penobatan Prabu Geusan Ulun sebagai Cakrawati atau Nalendra
merupakan kebebesan Sumedang untuk mensejajarkan diri dengan kerajaan Banten
dan Cirebon Arti penting yang terkandung dalam peristiwa itu ialah peryataan
bahwa Sumedang menjadi ahli waris serta penerus yang sah dari kekuasaan
kerajaan Pajajaran di Bumi Parahyangan . Pusaka Pajajaran dan beberapa atribut
kerajaan yang dibawa oleh Senopati Jaya Perkosa dari Pakuan dengan sendiriya
dijadikan bukti da alat legalisasi keberadaan Sumedang, sama halnya dengan
pusaka Majapahit menjadi cirri keeabsaha Demak dan Mataram.
Sumber : Buku
WilujengSumping di Sumedang ; Euis Puspita Awaliyah, S.Pd dan Erdhian Adhyaksa,
S.Pd
http://muspen.kominfo.go.id/index.php/berita/505-sekilas-sejarah-sumedang
http://adamfirdaus75.blogspot.co.id/2013/08/sejarah-sumedang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar