Selasa, 26 Juli 2016

Sejarah Kota Sumedang




 
Asal Usul kata Sumedang berasal dari “ inSUn Medal insun maDANGan”. Kata Insun berarti saya dan Medal artinya lahir, dan Madangan berarti memberi  Penerangan. Jadi dapat di simpulkan Sumedang artinya “ Saya lahir untuk memberi penerangan” . Kalimat ini terucap ketika Prabu Tadjimalela raja Sumedang Larang 1 melihat ketika langit menjadi terang-benderang oleh cahaya yang melengkung mirip selendang ( malela) selama tiga hari tiga malam.
Berdasarkan sejarah asal mula  sumedang berasal dari Kerajaan Tembong Agung yang didirikan oleh Prabu Guru Aji Putih ( 678-71 M).          Kerajaan Tembong Agung berada di Citembang Girang Kecamatan Ganeas Sumedang kemudian pindah ke kampung Muhara Desa Leuwi Hideung Kecamatan Darmaraja. Pada masa Prabu Tadjimalela ( 721-778 M) putra dari Guru Aji Putih di bekas Kerajaan Agunng didirikan Kerajaan Sumedang Larang. Sumedang Larang berarti tanah luas yang jarang bandingnya” ( Su= bagus, Medang = Luas dan Larang = Jarang bandingannya)
Masa kejayaan Sumedang Larang pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun (  1578-1601M) ketika pada masa pemerintahan Pangeran Santri / Pangeran Kusumahdinata I Raja Sumedang Larang ke-8 ayah dari Prabu Geusan Ulun pada tanggal 22 April 1578 atau bulan syawal bertepatan dengan Idul Fitri di keratin Kutamaya Sumedang Larang Pangeran Santri menerima empat kandaga Lante yang dipimpin oleh Sanghiang Hawu atau Jaya pusaka Perkosa, Batara Dipati Wiradidjaya, Sangiang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana Terong Peot membawa pusaka Pajajaran dan alas paraban untuk diserahkan kepada penguasa Sumedang Larang pada waktu itu dan pada masa itu pula Pangeran Angkawijaya/ Kusumadinata II  dinobatkan sebagai raja Sumedang Larang dengan gelar Prabu Geusan Ulun sebagai nalendara penerus kerajaan Sunda Padjajaran dan Raja Sumedang Larang ke – 9.
Ketika dinobatkan sebagai raja Prabu Geusan Ulun berusia kurang lebih 23 tahun menggantikan ayahnya Pangeran Santri yang telah tua dan pada tanggal 11 Suklapaksa bulan Waseka 1501 Sakakala atau tanggal 8 mei 1579 M kerajaan pajajaran jatuh ke tangan pasukan Kesultanan Surasowan Banten. Yang akhirnya Sumedang mewarisi wilayah bekas wilayah Padjajaran dengan wilayahnya meliputi seluruh Padjajaran sesudah 1527 masa Prabu Surawisesa dengan batas meliputi ;Sungai Cipamali di sebelah timur, Sungai Cisadane di sebelah barat, Samudra Hindia sebelah selatan dan Laut Jawa sebelah Utara.
Daerah yang tidak termasuk wilayah Sumedang Larang yaitu Kesultanan Banten Jayakartadan Kesultanan Cirebon. Dilihat dari luas wilayah kekuasannya, wilayah sumedang Larang dulu hampir sama dengan wilayah Jawa Barat sekarang tidak termasuk wilayah Banten dan Jakarta kecuali wilayah Cirebon sekarang menjadi bagian Jawa Barat sehingga Prabu Geusan Ulun mendapat restu dari 44 pengusaha daerah Parahiyangan yang terdiri dari 26 Kandaga Lante , Kandaga Lante adalah semacam kepala yang satu tingkat lebih tinggi daripada Cutak ( Camat) dan 18 Umbul dengan cacah sebanyak 9000 umpi. Pemberian pusaka Padjajaran pada tanggal 22 April 1578 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadinya Kabupaten Sumedang.
Peristia penobatan Prabu Geusan Ulun sebagai Cakrawati atau Nalendra merupakan kebebesan Sumedang untuk mensejajarkan diri dengan kerajaan Banten dan Cirebon Arti penting yang terkandung dalam peristiwa itu ialah peryataan bahwa Sumedang menjadi ahli waris serta penerus yang sah dari kekuasaan kerajaan Pajajaran di Bumi Parahyangan . Pusaka Pajajaran dan beberapa atribut kerajaan yang dibawa oleh Senopati Jaya Perkosa dari Pakuan dengan sendiriya dijadikan bukti da alat legalisasi keberadaan Sumedang, sama halnya dengan pusaka Majapahit menjadi cirri keeabsaha Demak dan Mataram.

Sumber : Buku WilujengSumping di Sumedang ; Euis Puspita Awaliyah, S.Pd dan Erdhian Adhyaksa, S.Pd
               http://muspen.kominfo.go.id/index.php/berita/505-sekilas-sejarah-sumedang
               http://adamfirdaus75.blogspot.co.id/2013/08/sejarah-sumedang.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar